ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN MEMBACA PETA KERAWANAN BENCANA TANAH LONGSOR DI SMA N 1 DONOROJO
ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN MEMBACA PETA KERAWANAN BENCANA TANAH LONGSOR
DI SMA N 1 DONOROJO
Ulia Sari*
- Pendahuluan
Indonesia yang terletak di kawasan Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire) yang memiliki potensi ancaman bencana alam yang tinggi. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007, bencana adalah peristiwa atau rangkaian masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana menurut (International Strategy for Disaster Reduction) (ISDR) adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang luas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri (Puspitasari, 2014).
Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 meliputi bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial. Bencana alam yaitu bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam, seperti tanah longsor, gempa bumi, tsnumai, gunung melerus, banjir, kekeringan, angin topan, dan badai. Hampir semua jenis bencana alam terjadi di Indonesia seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, dan lain sebagainya hingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan infrastruktur dan fasilitas sarana dan prasarana.
Salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia adalah tanah longsor, hal tersebut dikarenakan wilayah Indonesia terdiri atas deretan gunung api dan jalur patahan yang mengakibatkan lereng relatif curam dengan susunan batuan dari endapan gunung api. Oleh karena itu batuan tersebut belum padat dan mudah meresapkan air sehingga menyebabkan agregat tanahnya belum kuat. Adanya proses alam (kimia dan fisik) menyebabkan batuan tersebut mudah lapuk menjadi tanah yang bersifat lunak dan relatif tebal, maka berpotensi menyebabkan longsor terutama di wilayah dengan curah hujan tinggi dan lerengnya terjal (Retnowati, 2014). Tanah longsor adalah salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, atapun pencampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari tergantungnnya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut (BNPB, 2017). Tanah longsor terjadi karena dua faktor utama yaitu faktor pengontrol dan faktor pemicu. Faktor pengontrol adalah faktor yang mempengeruhi kondisi material itu sendiri seperti kondisi geologi, kemiringan lereng, litologi, sesar dan kekar pada batuan. Sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut seperti curah hujan, gempa bumi, erosi kaki lereng dan aktivitas manusia (Naryanto, 2017). Meningkatnya potensi ancaman bencana tanah longsor karena peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas dari masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Oleh karena itu perlu upaya meningkatkan kesadaran spasial peserta didik terhadap bencana tanah longsor.
Penggunaan peta kerawanan bencana tanah longsor bagi peserta didik bertujuan untuk mengurangi atau menghindari jatuhnya korban yang lebih besar dan banyak akibat bahaya tanah longsor, serta diperlukan upaya- upaya untuk mengarahkan kepada tindakan meminimalisirkan akibat peristiwa bencana yang timbul. Selain itu dapat memantau dan mengamati fenomena tanah longsor di suatu kawasan yang diperlukan adanya identifikasi dan pemetaan daerah rawan tanah longsor. Peta kerawanan bencana memberikan informasi terhadap kawasan yang tingkat rawan bencana yang di klasifikasikan mulai yang terendah sampai sangat tinggi, maka peran peserta didik dapat membantu pengurangan atau meningkatkan kesadaran spasial terhadap bencana tanah longsor (Rogi, 2017).
Indonesia memiliki kerawanan gerakan tanah longsor yang tinggi, berdasarkan data BNPB pada tahun 2019 wilayah Provinsi Jawa Tengah terjadi bencana alam tanah longsor yang tertinggi sebanyak 733 kejadian salah satunya adalah Kabupaten Jepara yang merupakan salah satu dari 35 kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Keling adalah salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Jepara yang rentan terhadap bencana tanah longsor serta memiliki topografi berlereng dan tanah yang sangat labil maka berpotensi rawan terjadinya bencana tanah longsor, sehingga longsor susulan masih dapat terjadi dan dapat menimbulkan korban jiwa maupun kerusakan harta benda.
Upaya yang didukung untuk meminimalisir terjadinya bencana yang besar dapat dilaksanakan dengan cara meningkatkan kesadaaran spasial terhadap masyarakat maupun pembelajaran di lingkungan sekolah untuk peserta didik. Kesadaran spasial merupakan untuk mengetahui dimana tubuh anda berada di dalam ruang yang berkaitan dengan objek atau orang lain. Kesadaran spasial menunjukkan kemampuan yang melibatkan berpikir dan kebiasaan memanfaatkan alat, serta memberikan alasan untuk memecahkan masalah dan mengambil keputusan (Lee dan Berdnaz, 2012). Oleh karena itu dalam mengadapi kemungkinan terjadinya bencana alam tanah longsor perlu ditingkatkan agar dampak-dampak dari bencana tersebut dapat diminimalisirkan. Salah satunya melalui kesadaran spasial tersebut dalam menginterpretasikan peta kerawanan bencana terhadap ancaman tanah longsor. Peta tersebut menggambarkan keadaan wilayah yang termasuk rawan bencana tanah longsor sehingga dapat diambil sebagai , langkah untuk mengurangi dampak yang mungkin akan terjadi. Oleh karena itu melalui peta kerawanan bencana dan kesadaran spasial dapat meningkatkan kesadaran ancaman bencana bagi peserta didik dan dapat membantu meminimalisir atau pengurangan risiko bencana terhadap ancaman bencana tanah longsor.
- Metode
Jenis penelitian dalam penelitian kali ini merupakan penelitian kuantitatif . Data-data yang terkumpul dalam penelitian ini dapat dianalisis dengan menggunakan analisis statistik. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang datanya berupa angka yang digunakan untuk menemukan sebuah keterangan (Margono, 2010). Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan peta kerawanan bencana untuk meningkatkan kesadaran spasial tentang tanah longsor terhadap peserta didik. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMA N 1 Donorojo. Responden yang ditentukan pada penelitian ini menggunakan sampel jenuh yang dimana seluruh anggota populasi akan menjadi responden. Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan yang akan di isi oleh responden. Tingkat pemahaman membaca peta di bagi menjadi 4 kategori, Sangat baik, baik, cukup, rendah dan sangat rendah.
Tabel 1
Tingkat Pemahaman Membaca Peta
- Hasil
- Analisi tingkat pemahaman membaca peta kerawanan bencana di SMA N 1 Donorojo
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan tingkat pemahaman membaca petas kerawanan bencana di SMA N 1 Donorojo, terdapat 25% siswa masuk dalam kategori sangat baik, 38% masuk dalam kategoro baik, 24% masuk dalam kategori cukup, 11% masuk dalam kategori rendah dan 2% masuk dalam kategori sangat rendah. Berdasarkan angka tersebut dapat dikategorikan tingkat pemahaman membaca peta di SMA N 1 donorojo tergolong dalam kategori baik, hal tersebut dapat terus ditingkatkan dengan melalukan berbagai cara salah satunya adalah dengan memperdalam materi pemetaan peta yang pada materi Geografi kelas X. Tingginya angka tersebut juga di perkuat dengan seringnya siswa menggunakan aplikasi Google Maps dalam kehidupan sehari-hari ”Kalau di kehidupan sehari-hari saya juga sering menggunakan google maps bu untuk melihat lokasi saat berpergian, adanya fitur arah mata angin dan juga kontur lokasi juga sangat mempengaruhi cara membaca peta saya menjadi lebih mudah” (Narasumber 1).


-100x100.png)


