
KONSEP BIRRUL WALIDAIN DALAM KITAB AKHLAQUL LIL BANIN KARYA SYAIKH UMAR BIN AHMMAD BAROJA
"KONSEP BIRRUL WALIDAIN DALAM KITAB AKHLAQUL LIL BANIN KARYA SYAIKH UMAR BIN AHMMAD BAROJA"
Penulis : Melvanna Rizky
BIRRUL WALIDAIN
Birrul Walidain yang dalam bahasa indonesia sering disebut dengan berbakti kepada kedua orang tua berasal dari gabungan dua kata, yaitu “birr” dan “walidain”. Secara bahasa (etimologi) kata “birr” berasal dari kata barra-yabirru-barran yang artinya adalah kebenaran, ketaatan. Sedangkan menurut kamus Al-Munawwir kata “birr” berarti taat berbakti, bersikap baik, sopan, benar, banyak berbuat kebajikan. Menurut Ibrahim Al-Hazimy sebagaimana dikutip oleh Heri Gunawan, mengatakan bahwa “birr” berarti “as-shidqu wa at-tha’ah” yang berarti berbuat baik dan taat. Sedangkan kata “walidain” merupakan bentuk tasniyah dari kata “walid” yang berarti kedua orang tua (ayah dan ibu). Dengan demikian istilah birrul walidain memiliki arti berbuat baik, taat dan berbakti kepada kedua orang tua.
BIOGRAFI SYIKH UMAR BIN AHMAD BAROJA’
Syaikh Umar bin Ahmad Baroja’ lahir di Kampung Ampel Maghfur, Surabaya, pada 10 Jumadil Akhir 1331 H/17 Mei 1913 M. Sejak kecil Syaikh Umar diasuh dan dididik kakeknya dari pihak ibu yang bernama Syaikh Hasan bin Muhammad Baroja’, seorang ulama ahli nahwu dan fiqih. Nasab “Baroja’” berasal dan berpusat dari Seiwun, Hadramaut, Yaman yang merupakan nama nenek moyang yang ke-18 yaitu Syaikh Sa’ad laqab Abi Roja’. Mata rantai keturunan tersebut bertemu pada kakek Nabi Muhammad SAW yang kelima yakni Kilab bin Murrah.
Pada masa mudanya, Umar bin Ahmad Baroja’ menuntut ilmu agama dan bahasa Arab dengan tekun, sehingga dia menguasai dan memahaminya. Berbagai ilmu agama dan bahasa arab dia dapatkan dari para ulama, ustadz dan masyayikh baik melalui pertemuan langsung maupun melalui surat. Para alim ulama dan orang-orang shalih telah menyaksikan ketaqwaan dan kedudukannya sebagai ulama yang ‘amil (ulama yang mengamalkan ilmunya). Sudah sekitar 11 judul buku yang diterbitkan, seperti Kitab Akhlaqul lil Banin, Kitab Akhlaqul lil Banat, Kitab Sullam Fiqih, Kitab 17 Jauharah, dan Kitab Ad’iyah Ramadhan. Semuanya terbit dalam bahasa Arab dan sejak 1950 telah digunakan sebagai buku kurikulum di seluruh pondok pesantren di Indonesia yang secara tidak langsung berarti Syaikh Umar Baroja’ ikut mengukir akhlak para santri di Indonesia.
Syaikh Umar memanfaatkan ilmu, waktu, umur, dan menggunakan hartanya di jalan Allah sampai akhir hayatnya. Beliau memenuhi panggilan Rabb-nya pada hari Sabtu malam Ahad tanggal 16 Rabiul Akhir 1411 H / 3 November 1990 pukul 23.10 WIB di Rumah Sakit Islam Surabaya, dalam usia 77 tahun.
AKHLAK TERHADAP IBU
Dalam kitab Akhlaqul lil Banin dijelaskan betapa besar jerih payah seorang ibu dalam merawat dan membesarkan anak-anaknya. Mulai dari mengandung, melahirkan, menyusui, dan merawat dengan penuh kasih sayang dari kecil hingga dewasa. Ibu selalu berharap agar anaknya tumbuh menjadi anak yang baik, ia gembira ketika melihat anaknya sehat dan bahagia dan ia sedih jika melihat anaknya sakit sehingga ibu bersusah payah menyiapkan obat demi kesembuhan anaknya.
Oleh sebab itu, seorang anak hendaklah berbakti dan senantiasa berbuat baik kepada ibunya karena dengan segala pengorbanan seorang ibu, tidaklah mampu seorang anak membalas pengorbanan ibunya kecuali dengan berbuat baik dan berbakti kepadanya sebagaimana yang dijelaskan dalam kitab Akhlaqul lil Banin jilid 1 pada pembahasan ke-12 mengenai adab seorang anak kepada ibunya, yaitu: “Wahai anak yang beradab! Apabila engkau telah mengetahui jerih payah ibumu dalam memeliharamu dan besarnya kecintaannya padamu, maka dengan apakah engkau akan membalasnya? Tentu saja engkau tidak akan mampu membalas ibumu kecuali dengan melakukan kebiasaan ini.”
“Hendaklah engkau mematuhi perintah-perintahnya disertai kecintaan dan penghormatan. Engkau kerjakan segala sesuatu yang menggembirakan hatinya. Engkau selalu tersenyum di hadapannya dan menjabat tangannya setiap hari serta mendo’akannya panjang umur dalam keadaan sehat walafiat.”
Dari keterangan diatas dapat dijelaskan bahwa adab seorang anak laki-laki terhadap ibunya dalam kitab Akhlaqul lil Banin itu ada lima, yaitu:
- Mematuhi perintah dan nasihatnya
- Melakukan hal yang dapat menggembirakan hatinya
- Selalu tersenyum dihadapannya
- Bersalaman dan mencium tangannya setiap hari
- Selalu mendoakannya
Dalam berbuat baik terhadap ibu tentunya harus menghindari sesuatu yang dapat menyakiti hatinya, seperti lanjutan pembahasan ke-12 didalam kitab Akhlaqul lil Banin mengenai hal-hal yang harus dihindari seorang anak agar tidak menyakiti hati ibunya. “Hendaklah engkau waspada terhadap segala sesuatu yang menyakitkan hatinya. Janganlah berwajah cemberut bila ia menyuruhmu melakukan sesuatu atau marah kepadamu. Jangan berdusta kepadanya atau memakinya atau berbicara dengan perkataan yang buruk dihadapannya atau melihat kepadanya dengan pandangan yang tajam dan janganlah mengeraskan suaramu melebihi suaranya.”
“Apabila engkau meminta sesuatu dari ibumu, maka janganlah memintanya dihadapan tamu. Apabila ia menolakmu, maka diamlah. Janganlah engkau marah, menangis atau menggerutu kepadanya.”
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang harus dihindari seorang anak agar tidak menyakiti hati ibunya itu ada enam, yaitu:
- Berwajah masam atau cemberut
- Berbohong
- Berbicara dengan perkataan buruk
- Melihat dengan pandangan yang tajam
- Mengeraskan suara melebihi suaranya
- Meminta dihadapan tamu
AKHLAK TERHADAP AYAH
Ayah merupakan sosok yang tidak kalah penting dalam peran dan pengaruhnya terhadap perkembangan anak-anaknya. Ia rela bersusah payah bekerja demi memenuhi kebutuhan anak dan keluarganya. Ayah adalah orang yang selalu menjaga dan melindungi anak-anaknya dari segala marabahaya. Ayah selalu memikirkan pendidikan anaknya agar di masa depan anak-anaknya dapat menjadi orang yang sempurna dalam ilmu dan sopan santun serta berguna bagi agama dan bangsanya. Oleh karena itu, seorang anak juga harus berbakti dan berbuat baik kepada ayahnya sebagaimana ia berbakti kepada ibunya, mematuhi perintah-perintahnya dan mendengarkan nasihatnya sebagaimana yang telah dijelaskan dalam kitab Akhlaqul lil Banin jilid 1 pada pembahasan ke-15 mengenai adab anak terhadap ayahnya, yaitu: “Wahai anak yang tercinta! Engkau harus bersikap sopan santun terhadap ayahmu sebagaimana engkau bersikap sopan santun terhadap ibumu, mematuhi perintah-perintahnya dan mendengarkan nasihat-nasihatnya, karena ia tidak menyuruhmu kecuali dengan sesuatu yang berguna untukmu, dan ia tidak melarangmu, kecuali dari sesuatu yang merugikanmu.”
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kewajiban berbakti kepada ayah sama pentingnya dengan berbakti kepada ibu. Adapun bentuk berbakti kepada ayah dijelaskan selanjutnya dalam kitab Akhlaqul lil Banin sebagai berikut: “Hendaklah engkau mengerjakan segala sesuatu di dalam dan di luar rumah yang menyenangkan hatinya dan janganlah memaksa ayahmu membelikan sesuatu untukmu. Janganlah mengganggu salah seorang dari saudaramu, laki-laki ataupun perempuan. Apabila engkau menyenangkan kedua orang tuamu, maka Tuhanmu akan meridhoimu dan engkaupun akan hidup bahagia di dunia dan di akhirat.”
Dari keterangan tersebut diatas bentuk-bentuk berbakti seorang anak terhadap ayahnya sesuai dengan kitab Akhlaqul lil Banin itu ada lima,yaitu:
- Bersikap sopan santun kepadanya
- Mematuhi perintah dan mendengarkan nasihatnya
- Melakukan sesuatu yang dapat menyenangkan hatinya
- Tidak memaksa untuk dibelikan sesuatu
- Tidak mengganggu saudara-saudaramu
KEWAJIBAN TERHADAP KEDUA ORANG TUA
Setelah mengetahui bagaimana akhlak dan adab serta bentuk-bentuk berbakti seorang anak secara khusus kepada ibu dan ayahnya, selanjutnya akan dijelaskan kewajiban seorang anak secara umum terhadap keduanya. Syaikh Umar bin Ahmad Baroja’ menjelaskan betapa besar rasa cinta dan kasih sayang orang tua yang rela memberikan segalanya dengan mengesampingkan seluruh jiwa raga, harta bahkan nyawanya demi anak-anaknya. Hal ini dijelaskan didalam isi kitab Akhlaqul lil Banin jilid 2 pada pembahasan yang ke-7, yaitu: “Kedua orang tuamu sangat mencintaimu dan menjadi sebab atas keberadaanmu. Keduanya bersusah payah dalam memeliharamu, akan tetapi keduanya gembira atas hal tersebut. Ibu mengandungmu di dalam perutnya selama 9 bulan, kemudian menyusuimu dan dengan sabar menanggung rasa lelah selama hamil hingga menyusui. Ia selalu memperhatikan kebersihan tubuh dan pakaianmu, menyetrika pakaian dan selimut serta mengatur tempat tidurmu agar selalu bersih, mengusir nyamuk darimu agar kamu dapat tidur dengan tenang dan menjagamu di setiap waktu dari segala sesuatu yang membahayakanmu ketika kamu sedang duduk ataupun berjalan, bermain ataupun tidur. Dialah orang yang selalu menyiapkan makananmu dan mengajarimu berjalan dan berbicara. Alangkah sangat bahagianya keduanya ketika melihatmu mulai berjalan atau berbicara.”
“Sesungguhnya kedua orang tuamu sangat mengasihimu. Oleh karena itu, jika engkau sakit, keduanya sangat sedih atas dirimu dan mencurahkan tenaga mereka bagi keselamatanmu. Keduanya berdoa kepada Allah siang dan malam agar engkau cepat sembuh. Ibumu tidak tidur semalaman untuk menjagamu. Ia menangis dengan air mata yang deras karena kasihan denganmu. Ayahmu memanggil dokter dan membeli obat-obatan untukmu. Ia tidaklah peduli mengeluarkan banyak uang demi kesembuhan dan kesehatanmu yang mahal.”
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengorbanan kedua orang tua begitu besar kepada anak-anaknya. Mereka rela mempertaruhkan segalanya demi anaknya. Namun hal itu tidak pernah menjadikan beban bagi hidupnya, bahkan kedua orang tua kita bahagia ketika melihat kebahagiaan kita. Mereka yang mengajarkan kita mengenal huruf sehingga kita dapat berbicara. Mereka juga yang mengenalkan kita dengan dunia, menuntun kita sehingga kita dapat berjalan. Mereka adalah pendidikan pertama bagi anak-anaknya. Mereka juga menjadi orang pertama yang selalu peduli dengan keadaan anak-anaknya. Mereka sangat khawatir ketika melihat anaknya sakit dan akan melakukan apapun demi kesembuhan anaknya tidak peduli berapapun biaya yang dikeluarkan.
Oleh sebab itu, sebagai seorang anak wajib hukumnya untuk menghormati dan berbakti kepada keduanya. Karena dengan sebanyak apapun harta yang kita miliki, sekeras apapun usaha kita untuk membalasnya, tidak akan mampu membalas budi dan kasih sayang serta pengorbanan kedua orang tua. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan dalam kitab Akhlaqul lil Banin jilid 2 pada pembahasan ke-8:
“Wahai anak tercinta! Engkau telah mengetahui kadar kecintaan ibu bapakmu terhadapmu dan apa yang dilakukannya demi mendidikmu. Maka wajiblah engkau membalas kebaikan ini dengan kebaikan serta berbakti kepada keduanya. Meskipun dapat engkau saksikan keutamaan dan jasa dari keduanya, engkau akui bahwa engkau tidak akan dapat memenuhi hak-hak mereka dengan sempurna.”
Penjelasan tersebut kemudian dilanjut dengan nasihat-nasihat mengenai beberapa kewajiban seorang anak kepada kedua orang tuanya, antara lain:
- Mencintai kedua orang tua dan menghormati dengan penuh penghormatan, menggembirakan hatinya dan menghindarkan sesuatu yang menyusahkan keduanya, mendengarkan nasihat-nasihatnya dan mematuhi perintahnya serta memenuhi kebutuhannya, menjabat tangannya setiap pagi dan sore hari dan menghadap keduanya dengan wajah yang berseri-seri serta mendoakan keduanya agar diberi panjang umur dalam kebaikan dan kesehatan, mendoakan agar Allah membalas keduanya dengan sebaik-baik balasan atas pemeliharaan mereka yang baik.
- Mengetahui bahwa hidup kedua orang tua merupakan kenikmatan besar dari Allah dan memandang wajah keduanya dengan pandangan kasih sayang merupakan suatu pahala yang besar. Seorang anak tidak akan merasakan besarnya kenikmatan yang sebenarnya atas keberadaan ibu bapaknya, kecuali jika ia kehilangan mereka. Pada waktu itu ia merasakan kerugian yang besar dan kesedihan yang dalam atas perpisahannya dengan kedua orang tuanya.
- Bersikap sopan santun terhadap keduanya, jangan membelakangi mereka seraya memanggil namanya, jangan tertawa dihadapannya tanpa keperluan ataupun bersuara lebih keras daripada suaranya, jangan memandang mereka dengan pandangan yang tajam, jangan berbohong dan jangan memakinya. Berusaha selalu untuk memperoleh ridha kedua orang tua dengan bersungguh-sungguh dalam belajar, mengerjakan segala sesuatu yang dapat menggembirakan hatinya, jangan mengganggu saudara dan pembantu dan jangan bertengkar dengan anak tetangga dan teman-teman di sekolah.
- Apabila meminta sesuatu jangan meminta di hadapan orang banyak, jika kedua orang tuamu tidak memberikan apa yang engkau inginkan, maka diam dan jangan memarahinya karena mereka lebih tahu tentang kebutuhanmu, jangan menggerutu dan berwajah cemberut, apabila engkau duduk di depan mereka, maka duduklah dengan cara yang baik, jangan meletakkan kaki diatas kaki, jangan duduk disaat mereka berdiri dan jangan berjalan di depan mereka, apabila salah seorang dari mereka memanggilmu, maka segeralah menjawabnya, jangan berlambat-lambat atau berpura-pura tidak mendengar, jangan memaki ayah atau ibu orang lain agar ia tidak memaki ayah dan ibumu juga.
- Apabila engkau sudah dewasa dan memiliki pekerjaan, maka bantulah kedua orang tuamu, berilah nafkah menurut kemampuanmu. Apabila salah seorang dari mereka atau kedua-duanya meninggal dunia, doakanlah dan mintalah ampunan kepada Allah serta bersedekahlah untuk keduanya.
- Berbaktilah kepada kedua orang tuamu agar anak-anak dan keturunanmu kelak juga berbakti kepadamu dan engkau akan mendapat ridha Allah dan pahala yang besar, jika engkau durhaka kepada keduanya, Allah akan murka dan hal tersebut termasuk kedalam dosa besar. Apabila melakukan kesalahan terhadap kedua orang tua, maka segeralah meminta maaf kepada mereka selama keduanya masih hidup, berjanjilah kepada diri sendiri untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama karena hukuman bagi orang yang durhaka kepada orang tua disegerakan oleh Allah di dunia, terutama setelah wafatnya kedua orang tua. Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda yang artinya: Semua dosa ditangguhkan oleh Allah hukumannya hingga hari kiamat, kecuali dosa durhaka kepada kedua orang tua, karena Allah menyegerakan bagi pelakunya di masa hidup sebelum matinya.
- Tidak ada sesuatu yang lebih menggembirakan kedua orang tua selain melihat anaknya berbakti kepadanya, taat, sopan santun dan cerdas, maka berusahalah agar menjadi demikian dan mintalah doa dari keduanya hingga tercapai semua cita-citamu.