Karya Guru

Pembelajaran Bahasa Indonesia di Era Digital: Menjawab Tantangan Generasi Z

 

Mufarih Ni’am, S.Pd.

Guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Donorojo

Email: mufarihniam@gmail.com

 

Mata pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SMA sering dianggap membosankan oleh peserta didik. Hal ini terjadi karena metode pembelajaran yang digunakan kurang relevan dengan kebutuhan dan karakteristik Generasi Z, yang tumbuh di era digital. Generasi ini memiliki gaya belajar yang berbeda sehingga menuntut pendekatan yang lebih interaktif dan inovatif. 

Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran wajib yang berperan penting dalam membentuk keterampilan komunikasi dan pemikiran kritis. Namun, banyak peserta didik menganggap pembelajaran Bahasa Indonesia tidak menarik dan kurang relevan dengan kehidupan mereka. Metode pengajaran yang masih konvensional serta minimnya pemanfaatan teknologi semakin memperparah masalah ini. 

Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997–2012, memiliki karakteristik unik yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka tumbuh di lingkungan digital dan sangat akrab dengan teknologi serta media sosial. Menurut Don Tapscott, generasi ini cenderung mandiri dalam mencari informasi dan memiliki pola pikir yang kritis. Beberapa karakteristik utama Generasi Z yang berpengaruh pada pembelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: (1) terbiasa dengan internet, media sosial, dan perangkat teknologi sejak kecil, (2) kritis dan mandiri, cenderung mencari informasi sendiri dari berbagai sumber, (3) kreatif dan interaktif, suka berkolaborasi dan mengekspresikan diri melalui konten digital, seperti video, meme, atau blog, (4) rentang perhatian pendek, lebih mudah tertarik pada konten visual yang cepat dipahami. 

Tantangan utama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Generasi Z adalah metode pengajaran yang masih konvensional dan kurang menarik. Sebagai contoh, dalam pengalaman saya mengajar, ketika peserta didik diminta mendengarkan ceramah, cerita/bacaan panjang dari buku atau referensi lain, mereka cenderung kurang antusias, bahkan ada yang mengantuk karena bosan. Hal tersebut menunjukkan bahwa metode satu arah (ceramah) tidak lagi efektif untuk generasi yang terbiasa dengan interaksi cepat dan visual. 

Penggunaan Bahasa Indonesia di kalangan peserta didik juga memunculkan dilema. Tren media sosial melahirkan banyak istilah baru yang tidak baku, seperti bestie, gaskeun, mantul, dan santuy. Istilah-istilah ini sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, bahkan di lingkungan akademik. 

Beberapa problematika lain yang dihadapi adalah sebagai berikut: (1) perubahan makna kata. Beberapa kata mengalami pergeseran makna sehingga menimbulkan ambiguitas dalam komunikasi formal, (2) kurangnya kesadaran terhadap bahasa baku. Peserta didik lebih nyaman menggunakan bahasa tidak baku dalam interaksi sehari-hari, (3) dominasi bahasa asing. Generasi muda sering menggunakan kata atau frasa dalam bahasa asing, seperti literally, flexing, atau random, sehingga mengurangi penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Guru memegang peran penting dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan interaktif. Beberapa metode yang dapat diterapkan antara lain: (1) pembelajaran berbasis digital. Memanfaatkan media sosial, aplikasi pembelajaran, dan platform digital yang akrab bagi peserta didik. Misalnya, menggunakan video pendek atau podcast untuk menjelaskan materi, (2) diskusi interaktif dan permainan bahasa. Menyisipkan permainan bahasa, debat, atau cerita untuk mendorong peserta didik aktif berkomunikasi. Contohnya, meminta siswa membuat meme edukatif tentang materi yang sedang dipelajari, (3) kontekstualisasi materi. Mengaitkan materi dengan fenomena sosial atau budaya populer yang sedang tren. Misalnya, menganalisis lirik lagu atau dialog film yang sedang viral.

Bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi formal, tetapi juga sebagai sarana interaksi yang membentuk pola pikir dan kebiasaan generasi muda. Dalam era digital, peran bahasa semakin luas, terutama di media sosial dan konten digital. Menurut A. Chaedar Alwasilah, bahasa memiliki fungsi sosial dan budaya yang kuat dalam membentuk identitas bangsa. Oleh karena itu, pengajaran Bahasa Indonesia harus memperhatikan aspek-aspek berikut:  (1) pemahaman ragam bahasa. Peserta didik perlu memahami perbedaan antara bahasa formal dan informal serta penggunaannya yang tepat, (2) keterampilan berkomunikasi di era digital. Pembelajaran etika komunikasi di media sosial, penulisan pesan yang efektif, dan teknik berbicara yang baik. (3) penguatan identitas Bahasa Indonesia. Meningkatkan kesadaran peserta didik agar bangga menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Pendekatan fleksibel diperlukan agar guru dapat menjembatani penggunaan bahasa baku dan bahasa kekinian tanpa mengorbankan esensi Bahasa Indonesia. Beberapa solusi yang bisa diterapkan adalah sebagai berikut: (1) mengakomodasi bahasa kekinian. Memanfaatkan istilah viral sebagai pintu masuk untuk membahas perbedaan antara bahasa formal dan informal. Misalnya, menganalisis kata ‘bestie’ dan membandingkannya dengan kata ‘sahabat’ dalam konteks formal, (2) mengedukasi melalui konten digital. Membuat video, podcast, atau meme edukatif yang membahas penggunaan bahasa dengan cara menarik, (3) membangun kesadaran linguistik. Memperkuat diskusi kritis tentang perkembangan bahasa dan dampaknya terhadap identitas bangsa, (4) meningkatkan apresiasi terhadap Bahasa Indonesia. Menyelenggarakan kegiatan kreatif, seperti lomba menulis atau pembuatan konten digital berbahasa Indonesia. 

Pendekatan yang relevan dan adaptif dapat membuat pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA lebih menyenangkan, bermakna, dan tetap mempertahankan esensi bahasa yang baik dan benar. Guru memiliki peran penting dalam membimbing generasi muda agar tetap dapat berkomunikasi secara efektif di era digital tanpa meninggalkan identitas kebahasaan. Bahasa Indonesia dapat menjadi mata pelajaran yang menarik dan relevan bagi Generasi Z dengan memanfaatkan teknologi dan metode pembelajaran yang inovatif.

Kalender 2024

Oktober 2025

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
1 2 3 4
5 6 7 8 9 10 11
12 13 14 15 16 17 18
19 20 21 22 23 24 25
26 27 28 29 30 31