
Mutiara Ujung Utara Menjaga Kemajemukan
Mutiara Ujung Utara Menjaga Kemajemukan
Didik Adi Setiawan
Guru Sosiologi SMA Negeri 1 Donorojo
Secara historis bangsa Indonesia adalah bangsa yang sangat majemuk. Kemajemukan menyangkut berbagai aspek, baik yang bersifat fisik maupun non fisik, bagi bangsa Indonesia perbedaan itu sudah dirasakan sebagai hal yang biasa tetapi bagi bangsa lain perbedaan tersebut merupakan suatu hal yang aneh. Bangsa Indonesia juga kaya akan kerifan lokal yang tentunya harus di jaga dan dirawat agar semua itu bisa menjadi mozaik katulistiwa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Tugas berat semua elemen bangsa untuk menjaga dan merawat apa yang dianugrahkan Tuhan kepada bangsa Indonesia.
Pada kesempatan ini ada sebuah gambaran menarik dari Mutiara ujung utara Kabupaten Jepara yaitu SMA Negeri 1 Donorojo (SMANSADO), sekolah yang berada di Tulakan yaitu desa yang di tempati Nyai Ratu Kalinyamat saat mengasingkan diri dari perpolitikan Kerajaan Demak pada kala itu. Sekolah ini dipimpin seorang Perempuan yang resmi menjabat pada tanggal 18 Juli 2023 sebagai Kepala Sekolah sosok yang berdedikasi dan visioner dia adalah Puji Ningrum, S.Pd., M.Pd. Dalam waktu yang cukup singkat sudah terjadi transformasi dalam segala bidang baik akademik maupun non akademik yang telah mampu dijalankan bersama semua eleman sekolah. Secara umum program yang dijalankan di SMA Negeri 1 Donorojo memang sekilas hampir sama tetapi kalau kita amati dan masuk kedalamnya tentu ada yang khas seperti, sekolah ramah anak, kemajemukan bingkai persatuan, kesemeptaan bela negara dan lain sebagainya. Suatu waktu pada agenda rapat ada sorang guru beragama Kristen bertanya, pertanyaan ini bagi semua peserta rapat adalah pertanyaan yang sangat unik dan mencengangkan, pertanyaan yang kadang tidak lazim dan sekilas bisa mengakibatkan perpecahan karena berkaitan dengan kepercayaan yang dianut oleh warga sekolah yang mayoritas beragama Islam. Subtansi dari pertanyaan adalah kenapa do’a menjelang belajar pagi hari dan sesudah belajar sore hari selalu menggunakan bahasa Arab, pertanyaan ini tidak serta merta dijawab oleh Kepala Sekolah. Keputusan dan jawaban akan di bicarakan pada kesempatan yang lain secara khusus. Setelah kegiatan rapat penulis minta waktu untuk bisa ketemu Kepala Sekolah untuk menyampaikan sebuah usulan, guna menanggapi pertanyaan dari guru Kristen tadi yaitu dengan mengadakan do’a tiga agama (do’a cara agama Islam, do’a cara agama Budha dan do’a cara agama Kristen). Setelah melakukan pengkajian secara seksama Bersama dengan menajemen sekolah, komite sekolah, tokoh agama, serta tokoh Masyarakat, maka diambilah sebuah kesepakatan SMA Negeri 1 Donorojo menjalankan do’a tiga agama.
Warna Tiga Kepercayaan
Setiap SMA Negeri dibawah Kementerian Pendidikan dan kebudayaan, didalamnya pasti memiliki siswa, guru maupun staf kepegawaian yang memeluk agama berbeda-beda, begitu juga di SMA Negeri 1 Donorojo ada tiga agama yaitu Islam, Kristen dan Budha karena beraneka ragamnya kepercayaan yang ada maka perlulah ada sebuah kebijaksaan dalam mengakomodasinya.
Secara kongkrit dan nyata SMA Negeri 1 Donorojo memberikan ruang kemajemukan tersebut. Berawal dari arahan Kepala Sekolah kepada panitia MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) supaya bisa memberikan ruang kepada semua potensi yang dimiliki oleh peserta didik terutama berkaitan dengan memberi ruang beribadah dikala waktu ibadah (sholat dzuhur) untuk pemeluk agama Islam, dan berlanjut tidak agama Islam saja tetapi berlaku umum pada agama lain yaitu pada waktu Siswa agama Islam melakukan Ibadah Agama lain juga diberi ruang waktu untuk Ibadah dibimbing oleh guru agama masing-masing. Hal ini bagi warga sekolah merupakan sesuatu yang baru karena selama ini yang menjalankan ibadah hanya umat Islam yaitu Sholat dzuhur dan pemeluk agama lain istirahat.
Do’a Tiga Agama
Ruang kemajemukan terus berlanjut dan semakin terasa tepatnya pada hari senin 29 Juli 2024 pagi, semua siswa, guru serta staf tata usaha agak heran karena hari itu dirasa tidak seperti biasanya, ada himbauan semua guru dan siswa mengambil sikap duduk hikmad karena akan ada panduan do’a yang akan dipimpin secara tersentral. Pengeras suara yang terpararel ke kelas-kelas mulai terdengar adanya persiapan, tidak begitu lama ada yang memperkenalkan diri dari dia adalah siswa yang akan memimpin do’a khusus untuk agama Islam setelah selesai dilanjutkan siswa agama Kristen dan yang terakhir siswa agama Budha memimpin do’a semua dengan redaksi sesuai agamanya masing-masing. Kegiatan ini oleh komite, perwakilan wali murid serta tokoh lintas agama direspon positif.
Tidak hanya do’a tiga agama, secara kongkrit kerukunan antar umat beragama juga sangat terasa pada waktu kegiatan sholat dzuhur berjamaah siswa pemeluk agama Kristen maupun Budha selalu mengingatkan kepada siswa yang beragama Islam untuk cepat-cepat mengikuti sholat dzuhur berjama’ah. Dari gambaran singkat ini semakin menguatkan kemajemukan yang bermuara pada toleransi antar umat beragama di SMA Negeri 1 Donorojo pad khususnya dan di Masyarakat luas pada umumnya.
Aktivitas ini bukan hanya sekedar transformasi dan jejak perubahan yang dilakukan oleh seluruh citivas akademika yang ada di lingkungan SMA Negeri 1 Donorojo, namun juga merupakan media dan sarana yang dibangun oleh satuan Pendidikan dalam rangka merawat dan menjaga kemajemukan serta kebhinekaan yang ada. Seluruh rangkaian aktivitas yang dilakukan tersebut juga mengandung unsur pembiasaan positif bagi peserta didik untuk mengembangkan dan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila yaitu Beriman, Bertakwa kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia.