Berita

PENGUMUMAN UN

Kontak

Alamat :

JL. BENTENG PORTUGIS

Email :

sman1donorojo@gmail.com

Website :

www.sman1donorjo.sch.id

Media Sosial :

PPDB ONLINE

Kartini dan Pendidikan Perempuan

Kartini dan Pendidikan Perempuan

 


Sebuah Analisis Pemikiran dan Relevansinya Saat Ini

Oleh : Yeni Murniasih, S.Pd, M.Pd,

SMA Negeri 1 Donorojo

ineymurnia@gmail.com

 

R.A Kartini yang merupakan pelopor emansipasi wanita di Indonesia. Kartini Lahir di Jepara 21 April 1879, ayahnya Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat merupakan Bupati Jepara pada masa itu, sedangkan ibunya M.A Ngasirah berasal dari kalangan rakyat biasa. Sebagai putri seorang bupati Kartini hidup dalam lingkungan bangsawan yang memiliki pemahanan terhadap pendidikan, ayahnya sendiri adalah pendukung pendidikan modern sehingga Kartini memiliki kesempatan untuk menikmati pendidikan Barat yaitu ELS (Europian Lagere School) yang merupakan sekolah dasar untuk anak-anak keturunan Eropa, Indo-Eropa Serta pribumi dari kalangan bangsawan atau pejabat tinggi. Sayangnya Kartini tidak dapat melanjutkan pendidikannya ke HBS (Hogere Brgerschool) yaitu sekolah menengah karena terbentur tradisi dimana setelah lulus ELS sebagai seorang gadis Jawa Kartini harus menjalani masa pingitan.

Di ELS Kartini mendapatkan kesempatan untuk mempelajari bahasa Belanda dan berbagai pengetahuan lainnya. Kemampuan dalam berbahasa Belanda inilah yang nantinya menjadi kunci utama dalam mengembangkan pengetahuan dengan membaca berbagai literature berbahasa Belanda dan berkomunikasi dengan orang-orang Belanda. Kemampuan ini juga mendukung Kartini untuk tetap bisa belajar dari berbagai buku dan berkorespondensi dengan teman-teman penanya yang berada di Belanda pada saat Kartini menjalani masa pingitan. Kebiasaannya membaca berbagai macam buku, majalah dan surat kabar berbahasa Belanda membuat Kartini tetap bisa memperluas pengetahuannya tentang budaya, pemikiran dan perkembangan di Eropa. Kartini juga aktif berkorespondensi dengan teman-teman penanya di Belanda dan melalui surat-suratnya  beliau mendapatkan berbagai informasi tentang perkembangan di eropa serta berbagi pengalaman dan pemikiran. Rosa Abendanon merupakan salah satu teman pena Kartini yang sangat berpengaruh karena Beliau tidak hanya sahabat pena tapi juga sumber informasi, inspirasi dan dukungan bagi Kartini, Suami Rosa, J.H. Abendanon juga memiliki peran penting dalam penerbitan kumpulan surat-surat Kartini.

Surat-surat Kartini untuk teman-teman penanya sebagain besar berisi tentang kumpulan pemikiran dan perasaan Kartini, keprihatinannya dengan kondisi perempuan pribumi yang terbelakang dan terpinggirkan, keinginannya untuk memperjuangkan hak-hak perempuan terutama dalam bidang pendidikan karena Kartini percaya bahwa pendidikan merupakan kunci untuk kemajuan perempuan. Dengan pendidikan maka perempuan akan terbebas dari kebodohan dan ketertinggalan. Kartini sendiri yang merupakan putri seorang bupati hanya boleh menyelesaikan pendidikan dasar di ELS, berbeda dengan saudara laki-lakinya yang bisa melanjutkan pendidikan ke tingkat selanjutnya bahkan diperbolehkan belajar ke Belanda. Kartini melihat bahwa perempuan pribumi hanya disiapkan untuk menjadi ibu rumah tangga tanpa diberi kesempatan untuk mengembangkan diri.  Salah satu bentuk keprihatinannya terhadap masalah pendidikan bagi perempuan Jawa dituangkan dalam suratnya kepada Abendanon tanggal 25 Mei 1899, Kartini menuliskan :

“Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan bagi anak-anak perempuan, bukan karena kami menginginkan mereka menjadi saingan laki-laki dalam hidupnya, tetapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum perempuan agar menjadi lebih cerdas dan berpengetahuan luas.”

Kutipan ini tidak hanya menunjukkan visi besar Kartini dalam memperjuangkan hak pendidikan bagi perempuan, tetapi juga menegaskan alasan mendasar mengapa pendidikan bagi perempuan sangat penting. Pada masa Kartini hidup, perempuan pribumi sangat terbatas dalam akses pendidikan. Budaya patriarki yang kuat menyebabkan perempuan lebih sering dikurung dalam ruang domestik tanpa kesempatan untuk berkembang. Kartini menyadari bahwa ketidaktahuan dan keterbelakangan perempuan adalah penghambat bagi kemajuan masyarakat. Oleh karena itu, ia memperjuangkan hak pendidikan bagi perempuan, bukan untuk menjadikan mereka pesaing laki-laki, tetapi agar mereka memiliki wawasan dan kecerdasan yang lebih luas.

Poin krusial yang ditekankan kartini adalah penolakan gagasan pendidikan perempuan bertujuan untuk menjadi kompetitor laki-laki. Beliau dengan tegas menyatakan bahwa kompetisi gender bukanlah motivasi utama dari keinginannya. Pernyataan ini sangat penting untuk memahami konteks pada masa Kartini dimana budaya patriarkhi sangat kuat dan peran perempuan dibatasi dalam ranah domestic. Kartini dengan cerdas menghindari narasi yang mungkin akan dianggap mengancam tatanan social yang ada. Beliau focus pada esensi pendidikan itu sendiri bukan pada potensi konflik yang mungkin timbul akibat perubahan status perempuan. Intinya Kartini menyerukan tentang pengaruh posistif jika perempuan cerdas dan berpengetahuan luas. Beliau melihat pendidikan merupakan kunci pemberdayaan perempuan bukan hanya untuk kepentingan individu, tetapi juga untuk kemajuan masyarakat secara keseluruhan. Perempuan memiliki peran sentral dalam masyarakat dan keluarga. Seorang perempuan terdidik akan menjadi ibu dan pendidik pertama bagi generasi penerus, sehingga akan berdampak terhadap pembentukan karakter bangsa. Perempuan yang berpengetahuan luas juga akan mampu berkontribusi lebih aktif dalam berbagai aspek kehidupan, tidak hanya terbatas pada urusan rumah tangga. Kartini menekankan bahwa pendidikan perempuan bukan untuk menciptakan persaingan dengan laki-laki, tetapi untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan itu sendiri. Dengan pendidikan, perempuan dapat memahami hak dan kewajibannya dengan lebih baik, berperan aktif dalam membangun keluarga dan masyarakat yang lebih maju. menjadi ibu yang cerdas dalam mendidik generasi penerus bangsa.

Seruan kartini melampaui sekedar tuntutan kesetaraan gender dalam arti sempit. Beliau tidak hanya ingin perempuan memiliki hak yang sama dengan laki-laki dalam mengakses pendidikan, tetapi lebih dari itu, Kartini ingin perempuan dapat mengembangkan potensinya. Pendidikan menjadi alat untuk membuka wawassan, meningkatkan kualitas diri dan memungkinkan untuk berperan lebih signifikan dalam masyarakat. Perempuan yang cerdas akan mampu berpikir kritis, mengambil keputusan yang lebih baik dan berkontribusi yang lebih besar bagi kemajuan bangsa.

Pemikiran Kartini tentang pendidikan perempuan masih sangat relevan di era modern. Saat ini, akses pendidikan bagi perempuan memang sudah jauh lebih baik dibandingkan pada zamannya, tetapi tantangan tetap ada. Di tengah berbagai kemajuan yang telah dicapai dalam bidang pendidikan perempuan, masih terdapat tantangan dan kesenjangan yang perlu diatasi. Pemikiran Kartini mengingatkan kita bahwa pendidikan perempuan bukan hanya tentang memberikan hak yang sama, tetapi juga tentang mengakui dan memberdayakan potensi unik yang dimiliki perempuan. Perempuan yang terdidik adalah aset bangsa yang berharga, mampu memberikan kontribusi signifikan dalam berbagai bidang, mulai dari ekonomi, sosial, hingga politik. Namun sebenarnya masih banyak perempuan di berbagai daerah yang mengalami keterbatasan akses terhadap pendidikan karena faktor ekonomi, sosial, dan budaya. Pendidikan perempuan berperan dalam menghadapi tantangan global seperti kesenjangan ekonomi, kekerasan berbasis gender, dan diskriminasi di dunia kerja. Oleh karena itu, semangat Kartini dalam memperjuangkan pendidikan perempuan harus terus dilanjutkan agar perempuan di Indonesia semakin maju dan berdaya.

Kartini bukan hanya memperjuangkan pendidikan bagi perempuan sebagai hak dasar, tetapi juga sebagai sarana untuk membangun peradaban yang lebih baik. Seruan Kartini bukan hanya sebuah tuntutan pada masanya, tetapi juga sebuah visi tentang masa depan di mana perempuan dapat berperan aktif dan memberikan kontribusi maksimal bagi kemajuan bangsa. Gagasan bahwa perempuan yang cerdas akan membawa dampak positif bagi masyarakat masih sangat relevan hingga saat ini. Oleh karena itu, perjuangan dalam memastikan akses pendidikan yang setara bagi perempuan harus terus diperjuangkan agar cita-cita Kartini dalam menciptakan perempuan yang berpengetahuan luas dan berdaya dapat benar-benar terwujud

Kalender 2024

Juni 2025

Mg Sn Sl Rb Km Jm Sb
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20 21
22 23 24 25 26 27 28
29 30