Berita

PELAYANAN BK PRIMA DI ERA DISTORSI

PELAYANAN BK PRIMA DI ERA DISTORSI

 

 

Oleh :

Wahyuni Puji Asmoro, S.Pd.

Guru BK  SMAN 1 Donorojo Kab. Jepara

Email : wahyunipuji56@gmail.com

 

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, dunia pendidikan menghadapi tantangan baru yang kompleks, terutama dalam bidang Bimbingan dan Konseling (BK). Era distorsi, yang ditandai dengan banjir informasi, perubahan nilai sosial, dan tekanan psikologis yang semakin tinggi, menuntut pelayanan BK untuk beradaptasi dan tetap prima dalam menjalankan perannya. Pelayanan BK yang prima di era ini bukan hanya tentang memberikan konseling konvensional, tetapi juga tentang memahami dinamika zaman dan memanfaatkan teknologi untuk mendukung perkembangan peserta didik. Era distorsi membawa dampak signifikan terhadap kehidupan peserta didik. Distorsi informasi, misalnya, membuat mereka kesulitan membedakan antara fakta dan hoaks. Media sosial yang menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari juga seringkali memicu tekanan psikologis, seperti kecemasan, depresi, dan rendahnya self-esteem. Selain itu, nilai-nilai sosial yang berubah cepat seringkali menimbulkan kebingungan dalam menentukan identitas dan tujuan hidup.

Dalam konteks ini, pelayanan BK dihadapkan pada tantangan untuk tidak hanya menjadi pendamping akademis, tetapi juga menjadi penjaga kesehatan mental dan moral peserta didik. Konselor dituntut untuk memiliki pemahaman mendalam tentang dinamika psikologis generasi muda di era digital, serta kemampuan untuk memanfaatkan teknologi dalam memberikan layanan yang efektif.

Pelayanan prima adalah istilah dalam bahasa Indonesia yang mengacu pada layanan yang sangat baik atau layanan terbaik yang diberikan kepada konseli atau klien. Pelayanan prima bertujuan untuk menciptakan kepuasan klien dan membangun hubungan yang baik antara konselor dan konseling.

Bimbingan dan Konseling (BK) merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam membentuk karakter, kepribadian, dan kemampuan siswa untuk menghadapi berbagai tantangan kehidupan. Dalam konteks ini, pelayanan prima menjadi kunci utama untuk memastikan bahwa siswa merasa didukung, dipahami, dan dibimbing secara optimal. Pelayanan prima dalam BK tidak hanya sekadar memberikan informasi atau nasihat, tetapi juga menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan penuh empati bagi siswa.

Secara teori distorsi adalah pola pikir yang keliru dan kebiasaan negative yang dimiliki seseorang dalam memandang dirinya sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Distorsi kognitif dapat membuat seseorang sulit untuk bersikap fleksibel dalam menginterpretasi peristiwa yang terjadi dalam hidupnya. Ahmad Saifuddin dalam buku berjudul Psikologi Umum Dasar, menjelaskan bahwa distorsi dalam psikologi adalah pola pemikiran berlebihan yang mengakibatkan seseorang meyakini hal-hal negatif tentang diri sendiri, orang sekitar, dan lingkungan yang sebenarnya hal tersebut belum tentu kebenarannya.

Memang, di era distorsi informasi seperti sekarang, banyak siswa yang cenderung mempercayai berita yang mereka temui di media sosial tanpa memverifikasi kebenarannya terlebih dahulu. Ini bisa menjadi masalah serius karena berita hoaks dan informasi yang salah dapat mempengaruhi pandangan dan keputusan mereka. Edukasi khusus tentang literasi digital sangatlah penting untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memilah dan memverifikasi informasi yang benar. Literasi digital bukan hanya tentang kemampuan menggunakan perangkat teknologi, tetapi juga tentang memahami, mengevaluasi, dan memverifikasi informasi yang ditemukan secara online..Sering kali diskusi kelompok di kelas juga menjadi metode efektif untuk membuka wawasan siswa tentang bahaya berita palsu atau hoaks. Melalui diskusi ini, siswa dapat belajar untuk lebih kritis terhadap informasi yang mereka terima dan lebih berhati-hati sebelum mempercayai atau menyebarkan berita

Di era distorsi, konselor tidak hanya berperan sebagai pendamping, tetapi juga sebagai agen perubahan. Mereka harus mampu membekali peserta didik dengan keterampilan hidup (life skills) yang diperlukan untuk menghadapi dunia yang semakin kompleks. Keterampilan seperti critical thinking, resilience, dan emotional intelligence menjadi kunci untuk bertahan dan sukses di era ini.

Selain itu, konselor juga harus menjadi teladan dalam menghadapi distorsi informasi. Dengan menunjukkan integritas, kejujuran, dan keterbukaan, konselor dapat membantu peserta didik membangun nilai-nilai positif yang akan menjadi pondasi dalam menghadapi tantangan hidup.

Pelayanan BK prima di era distorsi membutuhkan pendekatan yang holistik, adaptif, dan inovatif. Konselor harus mampu memanfaatkan teknologi, memahami dinamika psikologis generasi muda, dan berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan peserta didik. Dengan demikian, pelayanan BK tidak hanya mampu menghadapi tantangan era distorsi, tetapi juga menjadi garda terdepan dalam membentuk generasi yang tangguh, berkarakter, dan siap menghadapi masa depan.